Jumat, 13 November 2015

BUDAYA SPIRITUAL SEDULUR SIKEP KARANGPACE


Sarasean Sedulur Sikep di bulan Suro
foto-Dimas Parikesit
Bulan suro mempunyai makna tersendiri bagi sedulur sikep yang bermukim di Karangpace, Ds.Klopoduwur, Kec.Banjarejo, Kab.Blora . Mereka masih melestarikan, menjalankan dan berpegang teguh ajaran leluhur yang di wariskan oleh Mbah Engkrek, mereka menjalani tirakatan deder (puasa semalaman tidak duduk) yang di awali dari pertengahan bulan besar hingga bulan suro berakhir,selama 7 selasa dan 7 jum’at di mulai dari pukul 20.00-03.00 WIB dengan maksud menebus laku (perjalanan spritual) dan wujud bakti kita kepada orang tua laki-laki ketika ingin ngumpulke banyu perwito sari (mengumpulkan benih kehidupan) dengan orang tua perempuan/ibu. Puasa deder dijalani bersamaan dengan puasa ngrowot (puasa yang hanya makan ubi-ubian,buah-buahan, tidak makan nasi dan makanan yang mengandung unsur garam/tawar) dijalani selama 40 hari dengan maksud penebusan dan wujud bakti kita kepada ibu, ketika beliau mengandung kita selama 9 bulan 10 hari dan dengan susah payahnya beliau melahirkan kita. Tirakatan (puasa) tersebut juga dengan tujuan pendekan diri kepada Tuhan YME agar lebih mengenal jati diri. Terang Mbah Lasiyo selaku sesepuh Sedulur Sikep dan juga generasi penerus Mbah Engkrek/Suro Samin.





perjalanan deder, menuju situs prapatan dengan membawa sesaji & rowotan
foto-Dimas Parikesit


Di bulan Suro atau Tahun Baru Jawa, Sedulur Sikep juga mengadakan Sarasean rutin setiap tahunnya,  di lengkapi dengan tumpeng dan bermacam-macam  sesaji. Adapun sarasean rutin setiap malam selasa dan malam jum’at ,puncak acara di setiap malam selasa kliwon setiap bulannya, mereka berkumpul di Pendopo Kampung Samin, sembari menikmati suguhan rowotan (makanan dari ubi-ubian) dan secangkir kopi yang dibuat oleh Mbah Waini,mereka bercerita dan tukar pengalaman tentang ajaran-ajaran yang diwariskan oleh Mbah Engkrek , malam itu yang hadir tak hanya dari Klopoduwur tetapi dari berbagai daerah di mana Mbah Engkrek menyebarkan ajarannya. tepat jam 12 malam mereka berjalan menuju situs prapatan yang tak jauh dari pendopo, mencari keheningan lalu bersama-sama memohon petunjuk dengan lantunan doa-doa yang dipimpin oleh Mbah Lasiyo. situs prapatan yang dulunya di gunakan Mbah Engkrek memberikan wejangan (petuah/petunjuk) kepada pengikutnya.


suasana sarasean  rutin sedulur sikep setiap malam selasa & malam jum'at
foto-Dimas Parikesit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar